KEISTIMEWAAN BAHASA JAWA
Indonesia lebih dikenal negara yang kaya akan budaya dan bahasa. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu dari banyaknya daerah di tiap wilayah idonesia. Penggunaan bahasa Indonesia sudah dikenal dan digunakan sampai pelosok wilayah di Indonesia. Yang menjadi permasalahan bahasa di Indonesia mempunyai tiga jenis bahasa antara lain: Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, dan Bahasa Asing.
Bahasa daerah dalam wilayah pulau Jawa dan seisinya menggunakan bahasa yang biasa disebut bahasa Jawa. Mayoritas masyarakat yang bertempat tinggal dan hidup di pulau jawa mampu berkomunikasi bahasa jawa. Penggunaan bahasa jawa mempunyai banyak keunikan yang dimilikinya mulai dari tanpa adanya kamus ribuan kosakata, dan struktur bahasa yang bersyarat sebagai kesepakatan sampai tata tutur setiap status sosial.
Bahasa daerah sulit untuk diungkap, apalagi untuk mempelajarinya. Hal itu dikarenakan kurang adanya kamus sebagai pedoman untuk belajar berbahasa daerah jawa. Padahal kosataka bahasa jawa lebih banyak daripada bahasa pada umumnya lainya. contoh saja bahasa inggris; satu obyek pemberian nama pisang “banana” akan berubah pada penyambungan pohon pisang dengan nama “banana tree”. Yang bertambah adalah bentuk kata pohon “tree”, dan juga penambahan kata lainya. Berbeda dengan bahasa jwa, pemberian nama dari objek pisang disebut “gedhang” akan mengalami perbedaan nama lagi pada pohon pisang yang disebut “debog” dalam bahasa jawa. Selain itu pergantian nama terjadi pada obyek daun pisang yang membedakan pisang muda dinamakan “pupus” dan daun pisang tua diberi nama “ujungan”. Hal ini bukti bahwa lebih banyak kosa kata bahasa jawa dari pada bahasa inggris.
Sulitnya belajar berbahasa jawa juga terdapat adanya variasi tingkatan sosial yang harus berubah pada setiap lawan bicaranya dengan bentuk “ngoko” dan “krama” untuk menentukan status sosial di saat komunikasi. Tingkatan bahasa jawa seperti ini disebut undak usuk. Perlakuan seperti ini menyebabkan penutur dari masyarakat jawa untuk lebih mengetahui kedudukan tingkat sosialnya terhaddap lawan bicaranya.Setiap komunikasi harus dibedakan secara kelas sosial yang ada. Seperti seorang anak yang harus menggunakan ragam bahasa krama pada orang yang lebih tua. Hal ini sebagai peran kesopanan bagi bahasa jawa. Sehingga tidak banyak yang mampu belajar berbahasa jawa secara cepat. Hal itu terjadi karena proses sosial bermasyarakat komunikatif.
Banyak masyarakat daerah jawa yang belum sadar akan keistimewaan pada bahasa jawa ini. bahasa jawa ini merupakan adanya perkembangan masa sistem kerajaan yang pernah terjadi. Pada saat sistem kerajaan terdapat status sosial antara lain mulai dari, raja, pembantu kerajaan, pedagang sampai rakyat jelata dan pengemis. Sehingga, peradaban bahasa Jawa sekarang mempunyai tingkatan penutur (speech level) diantaranya krama dan ngoko yang dibagi lagi menjadi krama inggil, krama madya, krama biasa. Sedangkan ngoko juga dibagi lagi menjadi ngoko biasa, ngoko alus, dan ngoko sae.
Bahasa Jawa mempunyai huruf alphabet sendiri. Bentuk alphabet bahasa jawa menupakan pengembanagan dari huruf Pallava dengan huruf Pegon yang diubah sesuai dengan bahasa Arab. Sehingga terbentuklah huruf jawa yang lebih dikenal dengan Aksara Jawa.
Keistimewaan dari Aksara Jawa ini mempunyai arti setiap baris alphabet. Dari Ha Na Ca Ra Ka, mempunyai arti yang bermakna “terdapat pengawal”. Da Ta Sa Wa La, yang berarti “Berbeda Pendapat”. Pa Dha Ja Ya Nya, yang bermakna “sama kuat hebatnya”. Ma Ga Ba Tha Nga, mempunyai makna “keduanya mati”.
Menurut tafsir Raja Kasunanan dari Surakarta bernama, Sultan Hamengkubuwono IX mengimplementasikan aksara jawa mempunyai arti :
Ha-Na-Ca-Ra-Ka bererti ada ” utusan ” iaitu utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasad manusia. Maksudnya ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada yang dipercaya untuk bekerja. Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan kewajiban manusia ( sebagai ciptaan ).
Da-Ta-Sa-Wa-La bererti manusia setelah diciptakan sampai dengan data ” saatnya ( dipanggil ) ” tidak boleh sawala ” mengelak ” manusia ( dengan segala atributnya ) harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan.
Pa-Dha-Ja-Ya-Nya bererti menyatunya zat pemberi hidup ( Khalik ) dengan yang diberi hidup ( makhluk ). Maksudnya padha ” sama ” atau sesuai, jumbuh, cocok ” tunggal batin yang tercermin dalam perbuatan berdasarkan keluhuran dan keutamaan. Jaya itu ” menang, unggul ” sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan ” sekadar menang ” atau menang tidak sportif.
Ma-Ga-Ba-Tha-Nga berarti menerima segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Maksudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk menanggulanginya.
Secara mitos masyarakat jawa aksara jawa juga mampu menyundang dan mengusir roh jahat dan sebagai pengobatan seperti mengobati kesurupan. Pengobatan itu terkadang dengan cara yang sangat mudah. Ada yang cukup mengucap aksara Jawa dengan cara membalik dari akhir ke depan. Hal itu menunjukan sangat istimewanya bahasa Jawa bukan hanya penyambung interaksi antar manusia.
Penggunaan bahasa Jawa atau bahasa Daerah dan Bahasa Indonesia menjadi kurang diminati dan dirasa kurang bergengsi untuk menggunakanya. Mulai penggunaan bahasa dari komunikasi keseharian, rapat, dan pidato terbuka terkadang diselingi bahasa asing yang berdampak menjadikan pudarnya kesan bahasa daerah maupun bahasa nasional dalam penggunaanya. Ditambah lagi hiburan nyanyian yang mampu menghipnotis masyarakat untuk ikut berbahasa asing yang juga berdampak bergesernya penggunaan bahasa.
Kondisi yang ada saat ini lebih populernya bahasa asing dari pada penggunaan bahasa daerahnya. Untuk mempertahankan bahasa daerah seperti bahasa jawa yang tergeser dengan masuknya bahasa asing yang masuk. Diperlukan peran pemerintah pendidikan untuk memberikan standard pendidikan bahasa jawa untuk lebih berperan penting daripada bahasa asing lainy, dan juga menyadarkan kembali paradigma masyarakat untuk sadar akan pendidikan bahasa jawa dalam bahasa keseharianya. Dimungkinkan akan dengan adanya pendidikan berbahasa daerah maupun bahasa Indonesia akan lebih peduli dan tidak akan malu untuk menggunakanya baik dalam komunikasi keseharian, rapat pertemuan, dan pidato terbuka.